Website Wordpress Pemula | Plus Cara Detail Mendatangkan Pengunjung

WebsiteWordpressPemula.com (WWP)

Senin, 19 Mei 2008

MENGANGKAT EKONOMI PETANI DENGAN PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN (2)

A. Pertanian ”Kimia” telah Merosotkan Nilai Ekonomi Petani dan Menimbulkan Mental Ketergantungan

Pertanian ’kimia’ atau lebih dikenal pertanian konvensional terbukti mampu meningkatkan ekonomi di bidang pertanian secara global.

Lihatlah beberapa fakta berikut :

Produksi gandum India meningkat tiga kali lipat dalam kurun 20 tahun, Columbia mampu meningkatkan produksi padi dua kali lipat selama 5 tahun, Indonesia mampu berswasembada pangan beras sejak 1983 hingga 1997 sehingga Presiden Soeharto diberi penghargaan FAO pada waktu itu.

Namun harus diingat itu berlangsung hanya untuk jangka waktu tertentu.

Yang harus diingat lagi adalah pertanian konvensional ini tidak terlepas dari dampak negatif untuk jangka panjang. Menurut Schaller (1993), beberapa dampak negatif dari pertanian konvensional adalah :

  1. Pencemaran air tanah dan air permukaan oleh bahan kimia pertanian.
  2. Membahayakan kesehatan manusia dan hewan, baik karena pestisida kimia maupun bahan aditif pakan.
  3. Pengaruh negatif senyawa kimia pada mutu dan kesehatan makanan.
  4. Penurunan keanekaragaman hayati termasuk sumber genetik flora dan fauna yang merupakan modal utama pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture).
  5. Meningkatnya daya tahan (resistent) organisme pengganggu terhadap pestisida kimia.
  6. Merosotnya daya produktivitas lahan karena erosi, pemadatan lahan, dan berkurangnya bahan organik.
  7. Ketergantungan yang makin kuat terhadap sumber daya alam yang tidak terbaharui (non-renewable natural resources).
  8. Resiko kesehatan dan keamanan manusia pelaku pekerja pertanian.

Dari sekian banyak bahaya pertanian ’kimia’ tersebut, tentunya mengusik hati nurani kita untuk bisa menghindarinya. Anehnya, bahaya ini sudah disadari kita selama bertahun-tahun. Namun prilaku berdampak negatif tersebut masih saja dilakukan oleh pelaku pertanian di Indonesia.

Ada dua dampak negatif yang berkaitan langsung dengan ekonomi petani kalau kita ingin menggaribawahi. Pertama, pertanian ’kimia’ telah merosotkan nilai ekonomi petani. Penggunaan bahan kimia semakin lama akan semakin banyak karena daya resistensi hama pengganggu semakin kuat alias kebal. Belum lagi biaya perawatan lahan karena berkurangnya bahan organik yang jelas dibutuhkan tanaman, perbaikan karena erosi, pemadatan tanah, dan kesehatan petani yang rawan karena berinteraksi dengan bahan kimia setiap hari. Semua ini tentu meningkatkan biaya produksi dan pengeluaran petani.

Kedua, ini yang paling membahayakan yaitu menimbulkan mental ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia. Serta mengandalkan bantuan pemerintah. Daya kreativitas petani seolah-olah mati terkubur bersama harapan turunnya harga pupuk dan pestisida kimia, atau berharap ada subsidi dari pemerintah. Padahal sejak jaman dahulu kala kita tahu ’nenek moyang’ petani kita adalah orang-orang yang kreatif memanfaatkan sumber daya alam. Bahan-bahan alami dari tumbuhan diramu untuk bisa dimanfaatkan sebagai pembasmi hama, juga untuk penyubur tanaman.

Kalau dua hal di atas terus kita biarkan, bukan tidak mungkin petani kita akan masuk jurang ’kemiskinan yang tak berkesudahan’. Hidup dengan pendidikan rendah, ekonomi morat-marit, hidup penuh dengan hutang, harapan hidup anak-cucu sebagai penyambung generasi hanya tinggal pasrah pada nasib.

Kalau sudah begini, sudah tidak ada alasan lagi bagi kita untuk diam atau hanya berkata ’kasihan’. Saatnya kita bertindak..! Selamatkan petani Indonesia dari kemelaratan...!!!

To be continued........

B. Masyarakat dan Petani Sendirilah yang Akhirnya harus Berjuang

C. Pertanian Ramah Lingkungan Solusi Mengangkat Ekonomi Keluarga Petani

0 komentar:

Posting Komentar

Google