Kerjaku demi membela petani...
Hari ini aku benar-benar lelah....mengendarai motor lbh kurang sejauh 20km mencari toko tani yang katanya Agen Tani besar di Leuwiliang-Bogor...Aku dapat info itu dari agen tani kami yang lebih kecil di Laladon...Kubawa sample 2 kantong berisi pupuk organik dan media tanam di bagian depan motor...
Hari ini aku benar-benar lelah....mengendarai motor lbh kurang sejauh 20km mencari toko tani yang katanya Agen Tani besar di Leuwiliang-Bogor...Aku dapat info itu dari agen tani kami yang lebih kecil di Laladon...Kubawa sample 2 kantong berisi pupuk organik dan media tanam di bagian depan motor...
Sebenarnya aku tdk terlalu tahu lokasi yg dimaksud...Namun berbekal semangat ingin membuat laku produk petani binaan kami, maka kupacu mtr dengan kecepatan 60-80km utk mencari toko dimaksud. Aku berhenti 2 kali untuk menanyakan kpd org2 pinggir jalan. termasuk kpd petugas bensin sewaktu aku mengisi bensin...."Oh, kalo Cipelang masih 8km lagi mas dari sini..." keningku menyeringai sambil membayangkan ternyata lokasi itu masih jauh juga...."Tapi kalo pake motor dekat kok mas, gak kan terasa, pasti cepat..!" Hmm, aku sedikit terhibur juga..
Segera kupacu motorku ngebut lagi setelah "minum" bensin Rp. 10.000,- alias 2,2 liter....Karena katanya 8km lagi, aku segera mengira2 dari spidometerku ; sekarang jarum menunjukkan 36.067 km kebih dikit. Ah, berarti pada angka 36.075km aku harus siap2 berhenti....Kata si Mas di POM Bensin tadi posisi tokonya ada di sebelah kiri jalan..."Pokoknya setelah melihat mesjid besar di sebelah kiri, mas harus siap2 berhenti karena itu berarti udah dekat..."
Petunjuk itu membuatku sedikit lega.....namun aku masih bertanya dalam hati; Biasanya orang pinggiran kalo nyebut jarak sekian kilometer kebanyakan gak tepat alias asal2an. Pernah suatu ketika aku nanya waktu survey di perkampungan dekat kaki Gunung Salak. Aku menanyakan lokasi suatu kelurahan/RW yang akan menjadi tempat surveyku sewaktu dulu jadi petugas survei Lembaga Demografi UI. "caket pak dari die' (dekat pak dari sini)...Sambil si Ibu tsb menunjukkan arah yg katanya dekat tadi. ternyata jarak tempuhnya naik turun bukit dan posisi lokasi yg saya cari ada dibalik bukit yang terjauh..Hmm, sungguh orang desa aneh,,keluhku waktu itu...
Kembali ke pencarianku hari ini, ternyata petunjuk petugas Pom Bensin tadi sangat tepat..Ketika sudah menempuh jarak 7km dari lokasi Pom Bensin, aku berhenti sekali utk bertanya kepada orang di pinggir jalan...." Oh, kalo Cipelang mah tinggal 1Km lagi dari sini..di depan ini kan ada pertigaan...nah, 1km ke depan ada pertigaan lagi,,,nah itulah Cipelang mas" begitu kira-kira kata orang tadi..
Singkat cerita aku sampai di toko agen besar tersebut. Hmm, memang bangunan tokonya besar, barang2nya juga banyakkk...terutama pupuk kimia yang jumlahanya bisa ratusan karung...sementara aku bawa pupuk organik dan berharap merupakan peluang bagus untuk menawarkan kpd pemilik toko...
Bagai Punuk merindukan bulan...Ternyata harapan itu bertolak belakang! Pak H. jaja sang pemilik sedang keluar. yang ada hanya istrinya dan beberapa pegawai..Oleh sang istri aku disambut dengan suasana dingin meski aku sudah bersikap ramah....waktu itu aku perkenalkan diri dan memperlihatkan produk yg aku bawa..." Kalo pupuk kompos atau organik disini gak jalan mas, Coba lihat di samping depan, itu pupuk kompos titipan orang udah setahun gak laku-laku..paling yang make saya aja setelah dilihat banyak yang rusak..."
Greeeeng! telingaku seperti didekatkan pada 2 wajan bekas yang ditepuk....1 tahun??? "Ah. mungkin kurang promosi Bu". Begitu aku berkilah....Memang di sini bukan pasarnya mas, kalo di kota pasti laku, tapi kalo dekat desa atau pinggiran gini, mana ada yg mau beli.....
Wah benar juga, aku salah tempat berarti....tapi sejurus kemudian aku berkata "mungkin Ibu punya beberapa pelanggan dari perusahaan perkebunan yang ada di sekitar sini..barangkali mereka bisa membutuhkannya bu".Aku merasa menang karena teringat target pasar perkebunan memang menjadi incaranku...Tapi tetap saja ibu itu pesimis dan pikirannya tidak terbuka mesti aku katakan pupuk kami merupakan produksi petani dhuafa binaan LPS-Dompet Dhuafa.
Akhirnya produk dan brosur aku titipkan ke ibu itu sambil titip pesan kalo nanti aku akan telpon ke pak H. Jaja (suamainya, Aku dapat nomor dari istrinya)...
Pulangnya sebelum nyampe kantor aku mampir ke kantor DPRD karena dapat kabar akan ada pameran tanaman...ini kesempatan menurutku...karena untuk menggenjot penjualan bulan ini yg tertinggal jauh dari target, pameran merupakan ajang yg tepat...Biasanya saat ikut pameran omset kami meningkat....
Ya, aku masih nego..baik ama panitia maupun pada atasan kantor ku sendiri....
Semoga semua ini terkabul...dan petani bisa produksi lagi setelah stoknya menumpuk di cluster produksi dan di gudang kami sendiri......dan sempat tenaga harian tidak ada kerjaan mengemas pupuk karena stok sudah dikemas semua namun belum terjual....
Semoga esok hari penjualan akan lebih baik lagi......
Senyum petani adalah kerinduanku....
tenaga muda desa bisa bekerja memproduksi dan mengemas pupuk adalah kebahagiaanku...
semoga ini bisa melupakan sakit hati mereka pada pemerintah yg tidak pernah berpihak nyata....
Semoga...........
Om David jika hal tersebut memang terjadi dan dialami sendiri " salut " buat mas David terutama alenia terakhir. Selamat berjuang, dan tetap semangat.
BalasHapussikap yg mudah tpi sulit ditiru.. pantang mneyerah.. hebat pak davit
BalasHapus